Ditulis Oleh : fendy
Minggu, 31 Juli 2016
Siapa yang tidak mengenal sosok Pandu Pramuka Dunia ini, iya dia adalah Baden-Powell. Sejarah kepanduan indonesia tidaklah lepas dari sumbangsinh BP, data tentang kedatangan Baden-Powell pernah diungkapkan dalam buku Patah Tumbuh Hilang Berganti - 75 Tahun Kepanduan dan Kepramukaan yang
diterbitkan oleh Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka pada 1987.
Di halaman 25 buku tersebut terdapat subjudul "Peristiwa kedatangan
Baden Powell dan Jambore Dunia".
Di situ dituliskan antara lain, "Suatu peristiwa yang tidak mudah dilupakan adalah kedatangan Lord Baden Powell of Gilwell dan Lady Baden Powell
di Indonesia, pada tanggal 3 Desember 1934, dalam rangka kunjungan
keliling ke beberapa negara, waktu kembali dari Jambore di Australia.Baden Powell melihat keadaan dan perkembangan organisasi kepanduan di Indonesia, yang biarpun pada waktu itu Indonesia dijajah oleh Belanda, namun perkumpulan kepanduannya berkembang sangat pesat dan menggembirakan."
Pada alinea berikutnya dituliskan, "Penerimaan dan acara kunjungan Baden Powell itu diatur sendiri oleh NIPV. Pandu-panduIndonesia hendak ikut serta menyambut kedatangan BadenPowell,
tetapi tidak diperkenankan oleh pimpinan NIPV. Hal ini mengakibatkan
bertambah besarnya ketegangan hubungan kepanduan nasional Indonesia dan
NIPV."
Lalu tanggal kedatangan Baden-Powell ke Indonesia yang ketika itu masih
berada dalam jajahan Belanda dan dinamakan Hindia-Belanda (Nederlands
Indie/Dutch East Indies) bukan 3 Desember 1934 melainkan 4 Desember
1934. Baden-Powell juga bukan datang ke Indonesia, waktu kembali dari
Australia. Justru Baden-Powell beserta istri dan dua anak perempuannya
ke Indonesia terlebih dulu, baru ke Australia untuk menghadiri jambore
di "Negeri Kanguru" itu.
Kurang tepat pula bila dikatakan tak ada pandu-pandu Indonesia yang ikut
menyambut Baden-Powell dan keluarganya. Kenyataannya, bahkan tarian
Jawa dan Baduy dari Banten, ikut ditampilkan dalam upacara menyambut
kedatangan Bapak Pandu Sedunia. Baden-Powell juga mendapat gong berukir,
sementaranya istrinya, Lady Olave Baden-Powell, mendapat piala perak,
sebagai hadiah kenang-kenangan dari para pandu di Hindia-Belanda.